Merenung ...
Kembali merenung melihat jejak-jejak,
jejak siapa lagi kalau bukan diri sendiri,
terhampar di padang rumput di belakang sana,
Sendiri ...
Lebih baik sendiri bila lagi termenung,
menatap yang sudah terjadi dengan harapan,
terus bergerak mngisi lorong-lorong waktu,
dan terus menyusuri hembusan angin yang berlalu,
Biarlah semua terjadi karena itu sudah takdir-Nya,
mensyukuri setiap hentakan langkah dan hembusan nafas,
tetap berada dalam alur cerita dunia nan panas,
mengisi setiap jiwa dan hati yang terus terbuai,
akankah itu semua akan terlampui,
Tenggelam dalam relung kesendirian,
tetapi terus mengharapkan tatapan ke awang,
menjadi tonggak cakrawala yang terbentang,
dibawa bersama burung camar meniti awan,
terus bergulir sepoian sang bayu di permukaan,
Melangkah menatap menghirup menjejakkan langkah,
terus terus dan terus tiada henti,
karena roda belum berhenti,
karena angin masih mengalir,
karena mentari masih terus terbit bersinar,
Aku sendiri untuk menatap membawa angin ...
0 Komentar