Malam semakin memeluknya,
memandang tiada kedip sekuntum mawar,
menggeliat mekar memerah,
tetapi kelopaknya telah ada yang gugur,
akankah ia dapat menyambut pagi dengan senyumannya ...
sang bulan pun malu-malu menampakkan wajahnya,
antara senyum dan getir,
terbelenggu oleh kabut yang erat mencengkramnya,
berontak pun tak bisa ...
memang sang malam tidak ingin melepaskan,
terus merengkuh tiada henti,
tapi kelopak itu sudah sembab menyentuh kelembaban tanah,
dan akan layu keesokan harinya ...
aku berdiri tegak terpaku sejenak,
kehidupan bagaikan sri mawar dengan kelopaknya,
akan berguguran,
akan layu,
dan tinggal kenangan bahwa ia pernah indah menawan ...
walaupun rembulan erat mempertahankannya,
detik waktu pun tak peduli,
terus melangkah mendendangkan nada-nada tiktak,
dan membiarkan semua terjadi berlalu begitu saja baginya ...
Friday, 11 June 2010, 18:36 WIB
0 Komentar